Identitasku: kasih

Yohanes 13:31-38

Apa identitas utama yang membedakan para murid dari dunia? Bukan
pemahaman doktrin yang komprehensif dan ortodoks! Ini memang
penting, tetapi bukan itu pembedanya. Bisa saja orang dunia
punya pemahaman doktrin sedemikian. Bukan pula kemegahan
organisatoris dalam bentuk berlimpahnya anggota, dana, dan
sarana. Ini memang baik, tapi organisasi dunia pun diizinkan
Tuhan memiliki hal serupa.


Yang jadi pembeda para murid dari dunia adalah kasih. Namun kata
kasih sendiri kerap dirongrong dan dibiarkan turun tingkat
menjadi klise rohani. Kita hanya merasa perlu menyebut atau
menyisipkan kata kasih dalam ujaran dan tulisan kita, walaupun
dalam realpolitik kehidupan gerejawi, kenyataannya bisa lain.
Pertimbangan kegerejaan, organisatoris pelayanan, atau relasi
pribadi antarwarga gereja, justru banyak didasari oleh
pertimbangan lain: mulai yang bersifat egois seperti
ketidaksukaan, kenyamanan pribadi, dendam, hingga yang bersifat
pragmatis seperti ketakutan terhadap reaksi pihak luar, persepsi
perlu berhemat, dll. Namun tidak bagus jika kita melulu membahas
ketiadaan kasih di sini. Masalah utama kita sebagai warga gereja
dan murid Kristus adalah, teladan Kristus dan para murid itu
terasa begitu jauh dari kita. Kasih terasa makin \'surgawi\' alias
makin jauh dari bumi, bahkan di antara para murid-Nya.


Kita butuh teladan. Kita butuh contoh. Ketimbang hanya menunggu,
mari kita saling jadi teladan bagi satu sama lain. Toh perintah
Yesus, Tuhan kita itu, jelas: yang disuruh mengasihi adalah
kita. Seiring dengan makin kencangnya laju zaman ini, kita
justru makin kesulitan untuk menunjukkan kasih tulus kepada
orang-orang yang paling dekat dengan kita: pasangan hidup,
anggota keluarga, tetangga, sesama warga jemaat yang berdekatan,
rekan pelayanan, dll. Kita perlu menggumulkan lagi kapan dan
bagaimana hari ini, besok, dan hari demi hari seterusnya, kita
menunjukkan kasih itu. Mari tunjukkan identitas sejati kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.