Kasih yang sempurna

1Yohanes 4:7-21

Ada pepatah yang mengatakan, "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya".
Pepatah tersebut ingin mengatakan bahwa karakter seorang anak
tidak jauh berbeda dibandingkan dengan orangtuanya.


Allah adalah sumber kasih (ayat 7) dan kasih adalah natur Allah (ayat
8). Kasih itu bukan hanya dinyatakan melalui pengorbanan Yesus,
melainkan juga melalui pengorbanan Bapa yang telah merelakan
Anak-Nya. Barangsiapa yang menyatakan bahwa ia lahir dari Allah
atau bahwa ia mengenal Allah, ia harus mengasihi saudara-saudara
seiman sebagai sesama anggota tubuh Kristus. Karena kita adalah
anak-anak Allah dan kita mengalami kehadiran-Nya di dalam hidup
kita, maka seharusnya kita merefleksikan karakter Bapa yang
adalah kasih. Orang yang mengasihi membuktikan bahwa ia telah
lahir dari Allah.


Yohanes dengan tegas mengatakan, jika tidak ada kasih kepada umat
Allah di dalam hati kita, jangan pernah menyatakan bahwa kita
mengenal Allah. Meski kasih itu belum sempurna, harus tetap
dinyatakan dan harus tetap bertumbuh. Kasih seharusnya tak
bersyarat, dimiliki oleh semua orang dan ditujukan untuk
siapapun. Kita harus berusaha untuk mengasihi ketika tiap syaraf
di dalam tubuh kita berdenyut di dalam kebencian dan keinginan
membalas dendam. Salib Kristus tidak memberi kita pilihan tentang
kasih. Kita harus mengatasi keangkuhan kita dan dengan taat
berusaha mempraktekkan kasih di dalam tiap situasi.


Jika kita ingin lebih mengasihi, kita perlu belajar lebih dekat
dengan Allah. Relasi yang lemah di antara dua pihak akan
dikuatkan bila keduanya semakin dekat dengan Allah. Sebaliknya,
kita tidak dapat bertumbuh dalam pengalaman kita dengan Allah
tanpa mengasihi satu sama lain. Jika kita sudah mampu mengasihi,
kita mesti bersyukur pada Allah. Namun jika kita merasa kurang
mengasihi, kita harus berdoa, meminta Allah merubah hati kita.
Dengan kasih, kita akan menemukan sukacita yang lebih besar di
dalam hidup.

Scripture Union Indonesia © 2017.