Ketaatan dan ketidaktaatan

Yeremia 52:1-23

Meski nubuat penghukuman Babel begitu dahsyat, bukan berarti Yehuda
dapat berbuat semau-maunya, di luar kehendak Tuhan. Nubuat
penghukuman Babel justru memperlihatkan bahwa kedaulatan ada di
tangan Tuhan! Maka tidak seorang pun yang dapat bertindak
sekehendak hatinya dan dengan demikian melawan Tuhan!


Zedekia, raja Yehuda yang melakukan kejahatan di mata Tuhan (2),
menerima konsekuensi atas perbuatannya (3). Di dalam
kebebalannya, ia memberontak terhadap raja Babel (3). Akibatnya,
Yerusalem dikepung oleh pasukan Babel selama satu tahun lebih
(4-5). Berada dalam kondisi yang makin parah (6), secara pengecut
Zedekia berupaya melarikan diri. Sebagai pemimpin, ia malah
meninggalkan rakyatnya untuk menyelamatkan dirinya sendiri (7).
Malang tak dapat ditolak, Zedekia tertangkap (8)! Namun bukan
hanya dirinya yang harus menanggung akibat perbuatannya (11,
band. 39:6-7). Anak-anaknya serta para pemuka Yehuda juga juga
harus menerima perlakuan kejam (10). Yerusalem pun dihancurkan
(12-16). Bait Allah juga menjadi puing-puing (17-23)! Inilah
hukuman Allah karena dosa umat yang bebal! Semua peralatan
penting dan berharga dari tempat ibadat diangkut ke Babel. Suatu
gambaran bahwa Allah memang telah menyerahkan umat-Nya untuk
"ditangani" oleh Babel!


Nasib Yerusalem tragis, setragis nasib Zedekia dan keluarganya. Hal
itu disebabkan oleh dosa dan kebebalan sang raja yang tidak
pernah belajar tunduk pada Tuhan, bahkan bertindak bodoh melawan
kehendak Tuhan!


Ketaatan dan ketidaktaatan adalah faktor penting dalam kehidupan
orang beriman, yang dapat menentukan perjalanan hidup yang akan
dilaluinya. Terutama bagi mereka yang dipercaya untuk memimpin
umat Tuhan. Ketaatan dan ketidaktaatan pemimpin umat dapat juga
mempengaruhi kehidupan umat Tuhan. Bila kita sadar bahwa kita
sedang tidak taat pada Tuhan, cepatlah bertobat! Jangan biarkan
murka Tuhan menyala. Mintalah pengampunan-Nya!

Scripture Union Indonesia © 2017.