Bukan tidak mungkin

Bilangan 13:21-29

Sebagai pertanggungjawaban dari misi yang telah mereka jalankan,
kedua belas orang mata-mata harus memberikan laporan sesudah
menjalani Kanaan selama empat puluh hari. Hasil pengintaian itu
disampaikan secara terbuka kepada Musa, Harun, dan seluruh bangsa
Israel (25-26).


Sesuai perintah Musa, mereka membawa hasil bumi yang merupakan bukti
nyata bahwa Tanah Kanaan memang subur dan makmur. Ini terlihat
dari hasil bumi yang begitu bagus. Bayangkan, suatu cabang dengan
setandan buah anggur harus dipikul oleh dua orang (23)! Bukan
hanya hasil pertanian, tetapi susu dan madu pun melimpah (27).
Persis seperti firman Tuhan kepada bangsa Israel sebelumnya
(lih. Kel. 3:8, 17). Betapa indahnya gambaran tanah yang akan
menjadi milik mereka kelak. Bukan tidak mungkin muncul harapan
dan keinginan untuk bisa segera masuk dan tinggal di sana. Namun
sayang, laporan itu masih belum selesai! Bagian kedua laporan itu
ternyata berlawanan dengan laporan sebelumnya. Berikutnya
mata-mata itu menceritakan tentang bangsa yang kuat dan raksasa
yang mendiami negeri itu. Kota-kotanya pun berkubu (28-29).
Singkat kata, tanah itu tidak mungkin mereka masuki!


Bagian kedua kisah itu tampaknya lebih didasarkan pada kegentaran
para pengintai itu sendiri. Mereka lupa bahwa Tuhan pernah
berjanji akan memberikan Tanah Kanaan kepada mereka. Akibatnya
mereka menganggap orang kuat dan kota berkubu sebagai halangan
yang tidak akan mungkin disingkirkan. Mereka tidak bisa melihat
semua itu sebagai kesempatan untuk meraih kemenangan yang Allah
akan berikan dalam rangka penggenapan janji-Nya kepada mereka.


Kisah para pengintai ini mungkin juga adalah kisah kita sendiri.
Melihat halangan sebagai gunung yang tidak mungkin didaki membuat
iman kita kepada Allah bisa terkikis. Akibatnya, keluhan dan
putus asa mewarnai hidup kita. Akan tetapi, bercermin dari kisah
ini kiranya kita belajar mengingat janji Allah serta tetap teguh
dalam iman kita.

Scripture Union Indonesia © 2017.