Alat Roh Allah

2 Korintus 3:1-6

Paulus tidak merasa perlu meminta surat pujian dari siapa pun (1).
Bagi dia, jemaat Korintus yang merupakan hasil pelayanannya
itulah yang menjadi surat rekomendasinya. Keberadaan jemaat
Korintus menjadi bukti bahwa Paulus sungguh seorang rasul (2).
Lebih-lebih cintanya kepada jemaat Korintus, membuat jemaat itu
terukir di hatinya menjadi surat pujian. Surat pujian itu bukan
ditulis oleh tinta tetapi oleh Roh Allah (3). Paulus merujuk
kepada Musa yang menerima dua loh batu yang berisi hukum Allah,
yang ditulis oleh jari-jari Allah sendiri. Musa adalah pelayan
dari perjanjian yang lama, sementara Paulus adalah pelayan dari
perjanjian yang baru. Dengan pemberitaan Injil yang dia lakukan,
Paulus menjadi gerak jari-jari Kristus menulis, bukan di batu
tetapi di hati manusia. Sifat dari surat pujian Paulus ini
sungguh mengandalkan dan meninggikan Allah semata (4-6).


Inilah perbedaan yang sangat menonjol antara Paulus yang sedang
dianggap enteng dan para pelayan palsu yang sedang dikagumi oleh
jemaat Korintus. Meski sadar bahwa pemberitaan Injil yang dia
kerjakan menampakkan hasil, Paulus paham bahwa itu bukan karena
kecakapan dirinya. Roh Allah saja yang membuat orang merespons
Injil. Oleh sebab itu surat rekomendasinya bukan berisi tulisan
tangan manusia tentang pekerjaannya, tetapi pemaparan karya Roh
Kudus dalam pemberitaan Injil.


Kita harus sadar bahwa Allah yang memampukan kita untuk melayani.
Maka kita tidak perlu meninggikan diri bila merasa mampu, dan
tidak perlu mundur bila merasa tidak sanggup. Ingatlah bahwa Dia
yang bekerja dalam pelayanan yang kita lakukan bagi Dia. Bila
kita tidak terlibat pelayanan, marilah kita menghormati pelayan
Tuhan. Jangan kita mengkultuskannya bila ia punya banyak
kemampuan atau merendahkannya bila ia terlihat belum mampu. Yang
lebih penting, jangan kita mudah menilai menurut ukuran-ukuran
lahiriah. Belajarlah menilai segala sesuatu dari sudut rohani!

Scripture Union Indonesia © 2017.