Mengorbankan Yesus

Lukas 23:13-25

Mengirimkan Yesus kepada Herodes ternyata tidak menyelesaikan masalah
Pilatus, karena Herodes pun kemudian mengirimkan Yesus kembali
kepadanya. Keduanya sama-sama tidak menemukan bukti apapun yang
menyata-kan kesalahan Yesus.


Untuk memuaskan hati orang banyak, Pilatus mengajukan hukuman fisik
bagi Yesus (14-16). Tetapi orang banyak menolaknya (18).
Sesungguhnya Pilatus tidak ingin menghukum mati orang yang tidak
bersalah, maka sampai tiga kali ia mengajukan tawaran itu (16,
20, 22). Sesuai tradisi, ia bermaksud melepaskan Yesus pada hari
raya orang Yahudi (17). Namun orang banyak malah menuntut hukuman
penyaliban atas Yesus (18, 21, 23). Ironisnya, mereka meminta
Barabas yang dilepaskan (18). Padahal Barabas adalah seorang
pemimpin pemberontakan terhadap Roma (19), karena itu seharusnya
Pilatus tidak melepaskan dia. Sampai tiga kali Pilatus mengulangi
tawaran untuk menyiksa Yesus. Namun karena kuatir terjadi
keributan yang bisa membahayakan jabatannya, akhirnya Pilatus
memutuskan untuk memenuhi tuntutan mereka (24). Ia melepaskan
Barabas, seorang narapidana dengan dakwaan pemberontakan dan
pembunuhan, serta menyerahkan Yesus, yang tidak bersalah, untuk
dieksekusi (25).


Pilatus ternyata lebih takut pada manusia daripada menegakkan
kebenaran. Ia rela mengorbankan Yesus demi kepentingan pribadi
dan ambisinya. Pendeknya, demi kelangsungan hidupnya. Namun pada
akhirnya, keputusan itu mendatangkan celaka bagi dirinya sendiri.
Sama seperti Herodes, kekuasaan Pilatus pun cepat berakhir dan
dengan tragis pula. Kepengecutan Pilatus ini menjadi peringatan
keras bagi kita. Tidaklah cukup bila tahu kebenaran namun
memperjuangkannya dengan setengah-setengah. Kita harus berani
membela kebenaran meski untuk itu ada risiko yang harus
ditanggung. Sebab melaksanakan kebenaran kepalang tanggung bisa
berakibat kita mengorbankan Yesus.

Scripture Union Indonesia © 2017.