Mampu melihat terang

Lukas 11:27-36

Yesus menolak pandangan bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang
berhubungan dengan kemestian kehidupan seperti hubungan darah,
dll (ay. 27). Menurut Yesus, kebahagiaan didapat ketika orang
mendengarkan firman Allah dan memeliharanya (ay. 28). Artinya
cara orang menyikapi firman dan karya Allah dalam hiduplah yang
membuat bahagia, bukan terletak pada keberadaan yang dijalani.


Bila orang percaya pada Allah dan firman-Nya maka Dia akan percaya
bahwa Yesuslah Mesias yang diutus Allah. Bila demikian maka orang
tidak perlu meminta tanda lagi untuk membuktikan bahwa Yesus
sungguh-sungguh Mesias. Jika mereka masih juga meminta tanda, itu
berarti firman Allah dirasa tidak cukup kuat, atau dengan kata
lain mereka tidak percaya pada firman Allah! Maka bagi Yesus,
ketidakpercayaan mereka adalah jahat (29). Bila orang Niniwe saja
percaya pada pemberitaan Yunus, dan ratu dari Selatan mencari
hikmat dari Salomo, mengapa begitu sulit bagi mereka untuk
percaya pada Yesus yang lebih dari Salomo maupun Yunus? (29-32).
Padahal Yesus telah melakukan berbagai mukjizat di depan mata
mereka, namun mereka masih saja gagal untuk sampai pada
kesimpulan yang benar tentang Yesus! Tentu saja masalahnya bukan
terletak pada Yesus atau pekerjaan-pekerjaan yang Dia lakukan,
tetapi pada kemampuan mereka untuk melihat terang Kristus.


Meskipun kemampuan itu dari Allah juga datangnya, bukan berarti
manusia tidak punya tanggung jawab untuk percaya. Namun ia hanya
bisa percaya bila ia dimampukan untuk melihat kebenaran Allah
(bdk. Ef. 1:17). Jika kita beriman kepada Kristus, itu karena
firman Tuhan menyalakan terang dalam hidup kita dan
memperlihatkan dosa-dosa kita. Oleh sebab itu, kita harus meminta
agar Allah "membuka mata kita" saat kita datang pada firman-Nya,
supaya kita dapat melihat karya-Nya bagi kita (Maz. 119:18).
Firman Tuhan akan membuka mata kita untuk melihat hidup kita
sebagaimana adanya (Ibr. 4:12-13).

Scripture Union Indonesia © 2017.