Hukuman dan pemulihan

Yeremia 16:1-21

Tuhan bukan hanya melarang Yeremia untuk mendoakan, tetapi juga untuk
menangisi umat yang sudah ditentukan untuk dihukum (14:11). Untuk
menyatakan keberpihakan Yeremia terhadap rencana Allah menghukum
Yehuda, Yeremia diperintahkan Allah untuk tidak menikah. Dengan
tidak menikah dan memiliki anak, Yeremia menjadi alat peraga
nubuat, betapa dahsyat hukuman yang akan datang sehingga orang
akan berpikir dua kali untuk berkeluarga (16:1-4). Tanda-tanda
kehadiran Allah berupa damai (3-5), kasih kepedulian di antara
masyarakat (6-7), dan sukacita (8-9) tak ada lagi. Tanda-tanda
kehidupan moral pribadi, keluarga, dan bangsa pun sirna dari
tengah-tengah Yehuda!


Tuhan menghukum dengan keras dosa meninggalkan Tuhan untuk menyembah
ilah lain. Kesalahan itu memang sudah dilakukan sejak nenek
moyang Israel, tetapi terus berkelanjutan, bahkan sampai pada
generasi Yeremia (10-12). Hukumannya adalah pembuangan dan
pembiaran berbakti kepada ilah-ilah lain (13). Dibiarkan bebas,
tetapi hukuman digandakan (17, 18).


Namun, dalam bacaan ini Tuhan menyatakan hal yang sangat penting (14,
15). Penghukuman Tuhan ini akan menandai suatu era baru kasih
sayang Tuhan kepada umat yang dipilih-Nya dan dikasihi-Nya secara
khusus. Kalau semula Ia dikenal sebagai "Yang menuntun orang
Israel keluar dari tanah Mesir," kelak Ia dikenal sebagai "Yang
menuntun orang Israel keluar... dari segala negeri ke mana Ia
telah menceraiberaikan mereka!" Hukuman pembuangan bukan kata
akhir karena diikuti tindakan pemulangan dari pembuangan ke Tanah
Perjanjian. Kedaulatan Allah bukan hanya atas umat-Nya, tetapi
juga atas semua umat manusia lainnya (19-20).


Tindakan-tindakan Allah jangan dilihat lepas-lepas, tetapi harus
dalam kaitan dalam keseluruhan rencana-Nya dan dalam keserasian
dengan sifat-sifat-Nya!


Doaku: Tuhan, aku bersyukur akan kasih-Mu yang luar biasa.
Engkau menghukum dahsyat untuk menyelamatkanku.

Scripture Union Indonesia © 2017.