Nabi sejati vs nabi palsu

Yeremia 14:1-22

Perikop ini berisi doa syafaat Yeremia mewakili umat Yehuda dan jawab
Allah terhadap doa tersebut. Bencana kekeringan yang luar biasa
terjadi sekitar tahun 587 sM. Kota, tanah pertanian, pegunungan,
manusia, hewan, orang besar, rakyat jelata, semua menanggung
akibat parah kekeringan tersebut (5-6). Meski setelah mendengar
tentang ancaman kekeringan berat ini pun, Yehuda tetap saja
mengeraskan hati.


Andaikan Yehuda mengakui dosa-dosa mereka dan memohon ampunan tentu
mereka akan beroleh belas kasihan Allah. Oleh karena mereka tidak
melakukan itu, Yeremia bertindak mewakili bangsanya mengakui
dosa, memohon ampun, bersyafaat (7-9). Namun pertobatan harus
datang dari keinsyafan orang yang bersangkutan. Karena itu Allah
melarang Yeremia mendoakan bangsanya (11-12). Tetapi berpegang
pada peringatan dan pengajaran-Nya, Allah berketetapan
mengirimkan perang, kelaparan dan penyakit sampar (11-12).


Sebagai nabi sejati, Yeremia sudah berdoa sesuai kebenaran firman.
Lalu ia menanti Tuhan meski hatinya sedih tentang bangsanya. Lain
halnya dengan para nabi palsu. Mereka meninabobokan Yehuda dengan
doa-doa bahwa Tuhan memberi damai tanpa mereka harus bertobat.
Para nabi dan negarawan seperti itu hanya ingin menyenangkan hati
umat dan beroleh untung bukan menyampaikan pesan Tuhan dengan
segala risikonya.


Pada masa kini, orang Kristen wajib menjadi nabi bagi zaman ini. Kita
harus mengumandangkan kebenaran, memberi peringatan keras Tuhan
terhadap orang-orang yang tidak mau bertobat. Kita juga justru
harus melawan pengkhotbah-pengkhotbah yang hanya mengumandangkan
kabar baik murahan tanpa harus meninggalkan dosa.


Camkan: Tuhan tidak dapat dipermainkan. Pertobatan sejati
harus terjadi untuk menghindarkan diri dari murka-Nya yang
dahsyat.

Scripture Union Indonesia © 2017.