Menolak utusan Allah

Roma 10:14-21

Berturut-turut Paulus melontarkan empat pertanyaan. Tiga yang
pertama merupakan rangkaian logis dari ketergantungan orang untuk
dapat berseru mengakui Yesus sebagai Tuhan, dengan percaya kepada-Nya,
dan mendengar tentang Dia dari orang yang mewartakan-Nya (14).
Pertanyaan pertama menegaskan indahnya panggilan Allah atas orang yang
menjadi pewarta Injil (15). Mereka adalah utusan Allah sendiri yang
dalam penilaian-Nya mengemban tugas yang mulia. Mereka indah bagi
Allah (15b).


Tujuan utama Paulus dengan rangkaian pertanyaan dan pernyataan ini
bukan untuk membangkitkan kesan mulia dan hasrat rindu menjadi pewarta
Injil meski tentu saja hal itu perlu dimiliki setiap orang Kristen.
Maksud Paulus adalah menegaskan kebebalan orang Yahudi, juga orang
masa kini, yang sesudah beroleh kesempatan mendengarkan Injil tetap
menolak utusan Allah. Menolak berita Injil, sesungguhnya menolak
utusan Allah dan juga Utusan Allah, yaitu Yesus Kristus, Tuhan dan
Juruselamat itu (19, 21).


Gambaran dari Yesaya yang Paulus kutip ini sebenarnya tidak indah.
Sang pemberita harus berjuang keras, seringkali melewati medan yang
berat, menjadi letih, kotor, terluka. Secara fisik mereka mungkin
terlihat tidak menarik, tapi indah di mata Allah. Namun tugas yang
mulia dan orang yang indah di mata Allah itulah yang justru ditolak
oleh kesombongan orang yang lebih mengandalkan kebenarannya sendiri.
Seperti halnya orang zaman Paulus menolak pewartaannya, hal serupa
sangat mungkin terulang. Bukan saja orang Yahudi zaman itu menolak
utusan Allah, banyak orang masa kini entah karena alasan agama, moral,
filsafat, keilmuan dlsb. yang juga menolak Injil dan orang Kristen
yang mewartakannya (21).


Renungkan: Apakah Anda diperhadapkan dengan kabar Injil?
Jangan menolak Injil dan utusan-Nya, itu mendukakan Allah. Apakah Anda
pewarta Injil yang ditolak? Jangan tawar hati, sebab Anda indah bagi
Dia.

Scripture Union Indonesia © 2017.