Ketahanan iman

Mazmur 115

Memiliki iman bahkan bertahan dalam iman adalah hal yang mustahil
bila tidak karena anugerah-Nya. Mengapa demikian? Sebab iman
sepenuhnya bergantung pada Allah, tidak pada yang bukan Allah. Juga
tidak pada diri sendiri. Iman sepenuhnya membuat orang ingin
memuliakan Allah saja (1), sebab orang beriman menyadari bahwa
perjalanan hidupnya terjadi karena penyertaan dan pertolongan Allah
saja.


Posisi beriman sulit dan selalu dalam keadaan tertantang sebab tidak
mengandalkan hal-hal yang biasa orang jadikan pegangan. Bagi orang
yang percaya akan apa yang tampak atau yang konsep "iman"-nya
memungkinkannya mengalami banyak tanda nyata, beriman model pemazmur
ini adalah kebodohan. "Di mana Allah mereka?" (2) ejek para
pemberhala, seolah beriman yang takluk kepada Allah yang berdaulat
malahan sama sekali tidak ber-Allah! Pemazmur menegaskan bahwa Allah
ada di surga dan tidak identik dengan berhala, konsep, pengalaman yang
tak sesuai firman-Nya (3). Ilah atau berhala mati adanya, juga konsep-
konsep allah yang dapat diatur keinginan manusia. Pemazmur memilih
hanya mengimani Allah, bukan berhala atau iman rekaannya sendiri,
sebab semua yang salah itu akan membuatnya sama mati dan sia-sia
dengan berhala (8).


Zaman kita, boleh dibilang, adalah zaman berhala maniak
(tergila-gila pada berhala). Meski, berhalanya sudah beroleh wajah
modern bukan lagi patung, tapi gaya hidup dan konsep. Orang
berbondong-bondong meminati disiplin meditasi dan kerohanian yang
menjanjikan, meski di sana ada penyimpangan dari ajaran Alkitab
tentang Allah dan kehendak-Nya. "Ah, jangan ekstrimlah. Yang penting
ada pengalaman nyata yang bermanfaat. Bukankah itu tanda bahwa berkat
dan urapan Allah sedang terjadi," demikian orang berkilah.


Renungkan: Meski melawan arus, kita harus punya prinsip:
"Allah kita berdaulat, Ia bukan budak keinginan kita."

Scripture Union Indonesia © 2017.