Terbuka untuk diadili

Ayub 31:1-40

Dalam Alkitab kita bertemu dengan beberapa tokoh yang berani menantang
orang lain untuk membuktikan dirinya bersalah. Misal: Samuel yang
berani menantang umat Israel untuk memperlihatkan kesalahannya
terhadap mereka, ia memanggil Allah sebagai saksinya (ayat 1Sam.
12:1-5); Tuhan Yesus juga menantang para musuh-Nya di pengadilan
mahkamah agama Yahudi untuk membuktikan apa kesalahan-Nya
sampai-sampai mereka ingin membunuh-Nya (Yoh. 18:19-23).


Demikian juga dengan Ayub. Di puncak penderitaannya ia menantang Allah
untuk menunjukkan kesalahannya. Pasal 31 ini mengikuti surat
gugatan yang diajukan ke pengadilan resmi (ayat 35). Ayub membuka
semua aspek kehidupannya di hadapan Allah untuk diuji
kesalehannya. Baik dosa yang tersembunyi di dalam hati (ayat 1,
33-34), dosa perzinaan (ayat 9), dosa mengabaikan orang yang
membutuhkan pertolongan (ayat 13, 16-17, 19-20, 31), dosa
materialisme dan penyembahan berhala (ayat 24-27), maupun
perbuatan dosa yang eksplisit (ayat 21, 38-39). Ayub tahu
konsekuensi gugatannya ini bila ia terbukti salah. Ia siap
menerima hukuman sebagai konsekuensi dari gugatannya itu (ayat 8,
10-12, 14, 22-23, 28, 40). Sikap berani Ayub di hadapan Allah yang
Mahatahu menunjukkan bagaimana komitmen iman Ayub telah menjaga
hidupnya menjadi bertanggung jawab dan benar di hadapan Dia (ayat
6). Namun, pada saat yang sama Ayub mengakui bahwa Allah berdaulat
atas hidupnya (ayat 2-4).


Sebagai anak-anak Tuhan yang sudah ditebus oleh darah Kristus, kita
yakin Dia adalah pembela kita. Beranikah kita membuka hidup kita
di hadapan-Nya untuk diuji kesalehan kita? Atau kita perlu
memeriksa diri kita sendiri, menerapkan firman-Nya dalam berbagai
aspek hidup kita yang masih gagal untuk berkenan kepada-Nya dan
tidak menjadi berkat bagi sesama.


Responsku:
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________

Scripture Union Indonesia © 2017.