Prinsip tegas, luwes, lentur dalam misi

Kisah 14:1-7


Dalam bersaksi kita harus mengetahui dengan jelas apa yang ingin
kita bagikan dan bagaimana menyampaikannya. Akan tetapi, itu
saja tidak cukup. Kita juga harus peka terhadap beragam
kebutuhan pendengar serta berbagai kemungkinan respons mereka
terhadap Injil. Kita dapat menemukan prinsip dan contoh penting
tentang bagaimana berinteraksi dengan respons tersebut dalam
kisah penginjilan Paulus ini.


Kemajuan misi Paulus di Ikonium berhubungan dengan reaksi negatif
para pemimpin Yudaisme di Antiokhia. Sesudah memantapkan iman
mereka yang menyambut Injil, Paulus dan timnya tidak meladeni
para musuh Injil (ayat 13:51). Mereka mengalihkan usaha
penginjilan mereka ke Ikonium. Hal yang sama ternyata terulang
lagi di Ikonium. Di Ikonium kedua rasul itu beroleh respons dari
banyak orang untuk menerima Injil karena pelayanan yang disertai
mukjizat Allah terjadi (ayat 14:1,3). Namun, banyak juga mereka
yang merespons Injil secara negatif. Akibatnya, penduduk Kota
Ikonium pun terbagi ke dalam mereka yang menyambut Injil dan
mereka yang menolak Injil (ayat 4). Bahkan para penolak Injil
itu bertindak lebih jauh lagi menjadi para pembenci Injil yang
menciptakan gerakan untuk menganiaya pemberita Injil (ayat 5).


Penginjilan dan kesaksian kita harus mengandung unsur-unsur seperti
yang dimiliki Paulus dan Barnabas. Yaitu, kasih Yesus yang
menjadi sumber pendorong sekaligus isi kesaksian kita; Roh Kudus
yang menjadi sumber kekuatan, ketahanan, semangat, dan
keberanian kita dalam bersaksi. Roh Kudus juga jaminan yang akan
membuat kesaksian kita mendapatkan respons. Oleh karena itu, Roh
Kudus perlu menjadi pemimpin agar kita peka bagaimana harus
menanggapi respons negatif dan kapan saatnya beralih ke
orang/tempat lain demi perluasan kesaksian.


Doakan:
Orang-orang di sekitar kita yang belum merespons Injil. Mintalah
Roh Kudus bekerja dalam hatinya agar sadar dan terbuka terhadap
kebutuhan akan keselamatan.

Scripture Union Indonesia © 2017.