Hasil baik-buruk

Kisah 13:42-52


Kita cenderung mengukur keberhasilan pelayanan dari jumlah orang
yang berespons positif. Bila setiap orang yang kita injili
bertobat, kita berpikir bahwa pelayanan kita diberkati Tuhan.
Sebaliknya, apabila kebanyakan orang yang kita layani
mengeraskan hati, kita beranggapan bahwa Tuhan tidak mengurapi
kita.


Seperti halnya kesaksian Injil sekaligus memiliki sisi baik dan
buruk demikian pula hasil kesaksian. Bukankah justru ketika
kesaksian Injil disampaikan di dalamnya terkandung kabar buruk.
Yaitu, peringatan keras Tuhan terhadap mereka yang mendengar,
namun mengeraskan hati? Kedua hasil itu terjadi dalam
penginjilan yang dilakukan Paulus. Sebagian orang yang takut
akan Allah, baik Yahudi maupun bukan merespons Injil (ayat 43).
Dengan demikian, mereka menjadi bagian dari umat Allah sejati.
Paulus dan Barnabas memperlakukan mereka sebagai kawanan domba
Allah. Kedua rasul itu menggembalakan mereka dengan pengajaran
dan nasihat agar mereka hidup dalam anugerah. Hasil buruk
ternyata tidak kalah banyak. Mereka yang iri melihat penerimaan
orang banyak terhadap Injil yang Paulus beritakan tidak saja
menolak, tetapi juga menghujat dan membantah (ayat 45). Sikap
penolakan mereka terhadap kebaikan Allah ini, berarti mereka
lebih mencintai maut kekal daripada hidup kekal (ayat 46).


Orang Kristen dan gereja di Indonesia mengemban panggilan untuk
bersaksi. Kita perlu belajar bersaksi yang memperhatikan konteks
dan dengan cara yang dialogis bukan konfrontatif. Namun, jika
semua faktor itu sudah kita pertimbangkan dan tetap terjadi
penolakan bahkan perlawanan, terimalah itu sebagai sifat Injil
yang memang selalu membawa akibat positif dan negatif. Jangan
merasa gagal, takut, dan malu bila ditolak. Kita harus terus
bersaksi kepada lebih banyak orang yang belum berkesempatan
mendengar Injil.


Ingat:
Tuhan tetap diperkenan oleh kesaksian Injil yang benar terlepas
dari bagaimana reaksi orang terhadap pemberitaan tentang-Nya.

Scripture Union Indonesia © 2017.