Kebutuhan untuk berdoa.

Matius 14:22-36

Yesus mengambil waktu untuk berdoa secara pribadi kepada Allah.
Yesus naik ke atas bukit seorang diri (ayat 23). Jika Yesus
merasa doa merupakan bagian penting dalam pelayanan-Nya,
siapakah kita sehingga masih memandang remeh doa?


Murid-murid berada beberapa mil jauhnya dari pantai. Malam gelap.
Meski berada di bukit tidak ada kemungkinan Yesus melihat dengan
jelas situasi murid-murid. Tetapi, apakah Yesus tidak tahu
keadaan murid-murid yang sedang diombang-ambing gelombang? Yesus
tahu. Itulah sebabnya Ia segera mendatangi murid-murid yang
sedang berjuang melawan gelombang. Ketika melihat ada manusia
berjalan di atas air, wajar saja jika murid-murid berteriak
hantu. Yesus menyatakan diri-Nya dengan ungkapan penting Allah
dalam PL yakni `Inilah Aku' (ego eimi 27). Istilah ini bukan
hanya identifikasi diri tetapi penyingkapan ke-Allah-an Yesus.


Untuk memastikan bahwa Yesuslah yang dilihat murid-murid, Petrus
memberanikan diri menyapa-Nya (ayat 28). Petrus meminta Yesus
memerintahkannya untuk datang kepada-Nya dengan berjalan di atas
air. Permintaan Petrus dikabulkan Yesus (ayat 29), Petrus
berjalan di atas air mengalami kuasa Yesus. Petrus berjalan di
atas air bergelombang. Sesaat kemudian timbul ketakutannya.
Petrus meragukan perintah Yesus dan kuasa Yesus yang sudah
dialaminya, meski sesaat. Dalam situasi demikian tidak ada cara
lain kecuali berteriak memohon pertolongan Yesus. `Tuhan,
tolonglah aku!'


Inilah doa Petrus. Singkat dan mendesak. Uluran tangan Yesus
menyelamatkan Petrus. Yesus menegur Petrus yang sesaat menjadi
goyah iman (ayat 31), gelombang menjadi reda, murid-murid
menyembah-Nya. Goncangan dan gelombang kehidupan adalah latihan
iman dan kesempatan untuk berdoa. Tak satu kejadian pun dalam
hidup kita luput dari perhatian dan kasih-Nya.


Renungkan:
Dalam doa kita akan mengalami lebih nyata pengakuan iman bahwa
`Yesus adalah Anak Allah'.

Scripture Union Indonesia © 2017.