Tiada hidup baru tanpa pertobatan.

Yesaya 15:1-16:14
Minggu ke-14 sesudah Pentakosta

Pertobatan sejati adalah meninggalkan tuntas dosa-dosa, dan
bersedia mulai dari awal. Bila masih ada dosa yang digenggam
erat-erat dan enggan untuk dilepaskan, itu berarti orang
tersebut belum sungguh-sungguh bertobat.


Ucapan ilahi terhadap Moab membuktikan bahwa Tuhan memperhatikan
bangsa-bangsa lain. Ia tidak ingin sekadar menghukum mereka,
namun ingin membawa mereka kepada pertobatan. Pemberitaan
tentang penghukuman dahsyat yang akan menimpa Moab (ayat 15:1)
membawa kepada perkabungan nasional secara besar-besaran (ayat
2-6), dan disertai ratapan yang memilukan (ayat 5-9). Semua
kengerian ini dimaksudkan untuk membawa Moab kepada kesadaran
akan perlunya pertobatan. Apakah yang harus mereka lakukan?
Mereka harus berpaling dan meminta petunjuk kepada Tuhan yang
dikenal sebagai Tuhan bangsa Israel. Mengapa kepada Tuhan bangsa
Israel? Karena di Israel ada kasih setia Tuhan yang dinyatakan
melalui takhta Daud (ayat 16:1-5). Sebenarnya, tidak mudah bagi
Moab untuk berharap kepada Tuhan, karena mereka sombong (ayat
6). Mereka terlalu "tinggi hati" untuk mengakui bahwa mereka
membutuhkan pertolongan Tuhan. Akan tetapi, justru pengakuan
inilah yang dituntut Tuhan. Pertobatan sejati dimulai dari
mengaku diri tidak ada apa-apanya, dan tidak ada daya lagi untuk
bangkit, lalu mencari dan menantikan uluran belas kasih Tuhan.
Moab harus mulai dari awal. Mereka harus menyadari betapa kecil
dan tak berarti mereka untuk dapat menerima pertolongan Tuhan
(ayat 13-14).


Sebagaimana Moab, demikian juga kita. Seringkali yang menghalangi
kita untuk bertobat adalah kita terlalu sombong untuk mengakui
bahwa kita tidak berdaya terhadap dosa. Untuk itulah, kita harus
bersedia dihancurkan dan bersedia untuk mulai dari awal, supaya
Tuhan bisa membentuk kita menjadi baru, tak bercacat, dan
sempurna.


Renungkan:
Yang merintangi Anda dari pembaruan hidup yang berarti, bukan
karena Tuhan tidak sedia, tetapi karena Anda tidak terbuka
kepada-Nya.

Scripture Union Indonesia © 2017.