Yang terbaik, untuk siapa?

Ulangan 26:1-15
Minggu ke-6 sesudah Pentakosta

Ini bukan sindiran, tetapi fakta yang sering terjadi. Berapa
dari kita khusus menyiapkan "uang kecil" untuk persembahan
daripada menyiapkan yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan dengan
penuh kesukaan? Apa yang menjadi motivasi dan dasar pertimbangan
kita ketika menentukan mengapa dan bagaimana kita bersumbangsih
dalam kebutuhan orang yang kekurangan?


Umat Israel diperintahkan untuk mempersembahkan buah sulung dari
hasil panen pertama mereka setelah menduduki tanah perjanjian.
Persembahan buah sulung diatur sedemikian rupa secara ritual,
maksudnya mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari nenek
moyang yang menderita penindasan dan penganiayaan sebelum Allah
dalam kebaikan-Nya bertindak dan mengubah mereka dari kaum budak
menjadi umat Allah yang bebas dan diberkati. Allah memberi
mereka tanah perjanjian berlimpah susu dan madu. Dengan demikian
persembahan hasil pertama itu keluar dari hati yang meluap
dengan syukur atas kebaikan Tuhan dan pengakuan tentang hak
Tuhan (ayat 1-11).


Ucapan syukur itu dirayakan bersama kaum Lewi, orang asing, para
yatim dan janda. Merekalah yang menjadi prioritas untuk
menikmati ucapan syukur umat Israel. Kaum Lewi adalah pekerja
Kemah Suci yang tidak berpenghasilan sendiri. Orang asing tidak
memiliki masa depan yang pasti kecuali dari belas kasih penduduk
setempat. Janda dan yatim tidak memiliki kemampuan dan
kesempatan untuk menafkahi diri sendiri (ayat 12-15).


Seorang teman bersaksi bahwa ia memberi seluruh gaji pertamanya
untuk Tuhan. Seorang lagi bercerita bahwa ia membiasakan diri
menimbang apakah tepat membeli sesuatu dilihat dari sisi waktu
Allah dan dari sisi kenyataan banyak orang lain tidak memiliki.
Bagaimana kesaksian hidup kita tentang pengaturan harta milik?


Renungkan:
Wujud ucapan syukur yang berkenan kepada Allah adalah
mengunjungi para yatim dan janda, membagikan berkat-berkat Allah
kepada mereka yang kekurangan. Itulah wujud ibadah dari orang
yang bebas dalam Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.