Yesus berdoa.

Lukas 22:39-46
Minggu Sengsara ke-6

Apa yang akan Anda lakukan ketika muncul masalah pelik dalam
hidup Anda? Panik? Susah? Sedih? Reaksi demikian sangat
manusiawi. Yesus juga demikian. Namun, Tuhan Yesus menghadapi
masalah dan persoalan itu dengan doa (ayat 41). Akan tetapi,
ketika Yesus menghadapi kematian, Ia begitu takut sampai-sampai
Ia melukiskan peristiwa kematian-Nya sebagai 'cawan' (ayat 42).
Apa maksudnya? Di dalam Perjanjian Lama cawan atau piala adalah
simbol murka (Mzm. 11:6; 75:9; Yes. 51:17,22; Yer. 25:15-16;
49:12; Yeh. 23:31-34). Jadi, Yesus tidak takut kepada paku dan
tombak atau salib. Yang Yesus takutkan adalah kematian-Nya
berarti perpisahan dengan Allah.


Meski demikian Yesus lebih mengutamakan kehendak Allah di atas
kehendak atau keinginan-Nya (ayat 42). Yesus menaklukkan
kehendak-Nya ke bawah kehendak Allah Bapa. Sebab hanya dengan
cara ini persekutuan manusia berdosa dan Allah dipulihkan.
Tindakan Yesus ini patut diteladani: Yesus taat kepada kehendak
Bapa, maka kita pun belajar taat, bahkan untuk mati dan
menderita demi Dia.


Ketakutan Yesus yang selalu memikirkan perpisahan dengan Allah,
semakin mendorong Dia berdoa dengan lebih keras dan serius.
Yesus berdoa hingga cucuran keringat-Nya dilukiskan seolah
seperti darah. Ini suatu pergumulan paling berat yang Yesus
alami sebelum Ia naik ke kayu salib, dan mati di sana.


Bagaimana dengan murid-murid? Mereka juga berdoa? Tidak. Mereka
tidur (ayat 45). Meski sudah sering melihat pentingnya doa dan
sudah sering diajar berdoa, dalam situasi yang sangat genting
mereka bukan berdoa, malah tidur. Reaksi Yesus? Ia tidak marah
kepada mereka. Ia mengingatkan mereka untuk berdoa (ayat 46).
Yesus mengingatkan mereka tujuan berdoa. Pengikut Yesus perlu
berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan.


Renungkan:
Jika doa begitu penting bagi Yesus, mengapa kita masih malas
berdoa?

Scripture Union Indonesia © 2017.