Mengikut Yesus sepenuh hati.

Lukas 14:25-35
Minggu Sengsara ke-2

Setelah krismon melanda Indonesia tahun 1997, kita bisa melihat di
mana-mana monumen kegagalan pembangunan. Misalnya, gedung
seperempat atau setengah jadi yang ditinggal mangkrak oleh
pemiliknya karena dana yang menciut gara-gara dolar membengkak.
Ilustrasi seperti ini (lihat 28-30) dipakai oleh Yesus untuk
mengajarkan bahwa mengikut Yesus harus penuh perhitungan.


Mengikut Yesus tidak boleh setengah-setengah, harus sepenuh hati.
Kata-kata Tuhan Yesus bahwa seorang pengikut Yesus harus membenci
orang tua, suami-istri, dan saudara-saudaranya (ayat 26),
sebenarnya bermaksud menegaskan prioritas hati lebih kepada Yesus
daripada kepada hal-hal lain, termasuk kepada dirinya sendiri.


Untuk itulah Yesus mengajukan dua perumpamaan yang menegaskan
kesungguhan hati mengikut Dia. Seorang yang mau membangun menara
(mungkin sekali menara pengawas kebun anggur) harus
memperhitungkan anggarannya supaya jangan sampai hanya separuh
jalan sudah defisit, akhirnya terbengkalai (ayat 28-29). Atau,
seorang yang mau pergi berperang harus memperhitungkan kekuatan
lawan dengan kekuatan pasukannya untuk memastikan kemenangannya
(ayat 30-32). Kedua perumpamaan ini menyimpulkan satu hal, yaitu
seseorang harus memperhitungkan sungguh-sungguh harga yang harus
dibayar dalam mengikut Tuhan, baru dengan demikian ia layak
disebut murid Tuhan (ayat 33).


Mengikut Tuhan kalau separuh hati adalah ibarat garam yang berubah
menjadi tidak asin. Garam yang kehilangan rasa asin berarti
kehilangan fungsinya. Demikian juga menjadi murid Tuhan yang
setengah-setengah sama saja dengan tidak berfungsi apa-apa. Tidak
ada gunanya selain dibuang! (ayat 34-35)


Untuk dilakukan:
Anda sudah jalan sejauh ini sebagai anak Tuhan. Sekarang waktunya
untuk memutuskan mau mengikut Dia sepenuh hati, dengan konsekuensi
taat sepenuhnya, atau ...?

Scripture Union Indonesia © 2017.