Tidak mengerti namun percaya.

Lukas 1:26-38
Minggu Advent 4

Bangsa Yahudi hidup di bawah ketentuan tradisi atau budaya yang
sangat ketat dan ekstrim. Salah satunya adalah tidak
diperkenankannya hubungan seks di luar nikah, dengan alasan apa
pun. Jika itu terjadi maka perempuan yang mengandung akan
diusir, bahkan dibuang untuk diasingkan. Ironisnya lagi,
perempuan itu dikeluarkan dari ikatan keluarga. Kenyataan ini
sempat membuat Maria kuatir karena ia mengandung tanpa pernah
berhubungan seks dengan tunangannya.


Sekali lagi, berbeda dengan respons Zakharia. Maria dengan penuh
hormat menerima kenyataan tersebut. Itu dikarenakan utusan
Tuhan, malaikat Gabriel yang mengunjungi dirinya. Tujuan Gabriel
adalah mempersiapkan Maria menjadi alat Allah untuk kelahiran
Juruselamat, Yesus. Sebenarnya bagi Maria itu adalah kehormatan
besar, karena pada masanya ada kerinduan besar bagi para
perempuan di Israel untuk menjadi ibu bagi Mesias (bdk. 1:42).
Allah menjatuhkan pilihan-Nya kepada perempuan Maria. Hal itu
dinyatakan dengan terus terang oleh Gabriel melalui salamnya
“Salam, engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (ayat
28). Hanya saja pemilihan itu memakai cara yang sulit dimengerti
dan bahkan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman di kalangan
Yahudi yang sangat memperhatikan kesucian keluarga. Potensi itu
digambarkan di Injil Matius, justru oleh sikap calon suaminya
sendiri, Yusuf (Mat. 1:19).


Namun, berbeda dari Zakharia yang ketidakmengertiannya itu
membuahkan sikap tidak percaya, Maria justru belajar menerima
hal yang sulit itu. Dikarenakan imannya kepada Tuhan ia menerima
risiko kehancuran hubungannya dengan Yusuf. Lagipula, Elisabet
isteri Zakharia yang juga mengalami kuasa Allah yang ajaib itu,
memberikan kekuatan kepada Maria untuk menerima hal sulit itu.


Renungkan:
Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Maka orang-orang yang
dipilih-Nya dan dipakai-Nya juga harus berani mengatakan, “Ya
Tuhan ku percaya, jadilah padaku sekehendak-Mu!”

Scripture Union Indonesia © 2017.