Roh Pemberi Hidup.

Wahyu 3:1-6
Minggu Advent 3

Kota Sardis terletak di atas sebuah bukit yang terlalu kecil
untuk perkembangan sebuah kota. Pertumbuhannya yang lambat,
membuat kota ini tertinggal dari kota-kota lain yang lebih baru.
Pada tahun 17 M sebagian kota ini hancur karena gempa bumi.
Penduduk kota Sardis yang puas diri itu harus menyaksikan
kehancuran demi kehancuran.


Pada jemaat di kota ini Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai
Pemilik tujuh Roh Allah dan tujuh bintang. Pernyataan Allah ini
merupakan pernyataan bahwa Roh yang dimiliki-Nya, Roh Allah
adalah Roh Pemberi Hidup yang sanggup membangkitkan jemaat yang
mati. Apa permasalahan jemaat Sardis sehingga Tuhan Yesus harus
memperkenalkan Diri-Nya sebagai Roh Pemberi Hidup? Permasalahan
mereka adalah menikmati reputasi baik, yang sebenarnya tidak
layak dan tidak sesuai dengan kenyataannya, “dikatakan hidup,
padahal engkau mati!”


Penilaian Tuhan jauh lebih penting dari pada penilaian seluruh
dunia. Apa yang Tuhan katakan adalah kenyataan. Jemaat ini tidak
mengenal diri dan keadaan mereka yang sesungguhnya. Oleh sebab
itu, Tuhan Yesus memerintahkan agar jemaat ini bangkit dan
menguatkan apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati. Kaki
dian dan terangnya belum sepenuhnya padam, masih ada sisa-sisa
yang baik yang harus kembali diperjuangkan. Tidak satu pun
pekerjaan mereka didapati sempurna di hadapan Allah. Kemungkinan
besar jemaat ini masih menjalankan tradisi religius atau ibadah,
namun tidak lagi memiliki kehidupan yang paling esensial di
dalamnya. Doktrin-doktrin dan pengakuan-pengakuan diterima
sebagai satu warisan yang diawetkan dan tidak dilestarikan dalam
kehidupan berjemaat.  


Renungkan:
Apakah jemaat kita adalah jemaat yang berbangga diri dalam
kenyataan semu atau sungguh-sungguh mengenal diri di hadapan
Allah?

Scripture Union Indonesia © 2017.