Injil tidak eksklusif.

Kisah 11:19-30
Minggu ke-5 sesudah Pentakosta

Apa yang dibuat Petrus di sebuah tempat yang jauh di Kaisarea,
dalam waktu singkat tersebar di Yudea. Kekristenan telah menembus
batas-batas suku, batas budaya atau batas wilayah. Injil telah
diberitakan dan sama sekali tidak bisa dibendung. Tentu ini
adalah kabar gembira yang seharusnya disambut dengan sukacita di
Yerusalem. Tetapi anehnya berita itu disambut dengan protes dan
kecaman di Yudea. Karena dianggap Petrus telah melanggar Hukum
Taurat.


Injil tidak eksklusif tetapi merangkul semua orang. Bagaimana Kristus
bisa menyelamatkan dunia, apabila duduk dan makan bersama sama
orang lain saja dilarang oleh agama. Kekristenan bukan sebuah
peraturan saja sehingga apabila melanggar peraturan itu berarti
berhenti menjadi orang Kristen. Keyakinan bukan sekadar ceremoni,
sehingga ketika seseorang melanggar ceremoni dapat bahwa ia
Kristiani. Menjalankan ceremoni keagamaan dan melakukan
peraturan-peraturan keagamaan tentu penting asal tidak
legalistis, tetapi agama seharusnya lebih dari itu. Apa gunanya
keindahan sebuah ceremoni tetapi kita menikmatinya sendiri, dan
tidak mempunyai dampak buat orang lain? Injil tidak eksklusif,
karena juga merangkul orang lain. Injil tidak boleh dipeluk erat-
erat untuk diri sendiri seperti semangat Farisi, tetapi harus
disebarkan dan menjangkau semakin banyak umat manusia.


Renungkan:
Bersukacitalah jika orang di luar komunitas kita telah diwarnai
Injil. Jangan berpikir bahwa hal itu berbahaya untuk kita
sendiri.



Bacaan untuk Minggu ke-5 sesudah Pentakosta


Yeremia 20: 10-13; Roma 5:12-15; Matius 10:26-33; Mazmur 10:26-33

Scripture Union Indonesia © 2017.