Menerobos tembok status quo.

Kisah 10:23-48
Minggu ke-4 sesudah Pentakosta

Inilah salah satu babak pertumbuhan Kekristenan. Terkesan dari
teks ini bahwa bertumbuh ternyata tidak mudah. Salah satu problem
pertumbuhan seseorang ialah bagaimana ia harus meninggalkan
rumah, atau menerobos tembok status quo. Orang tidak bisa tinggal
dan mengurung diri hanya di dalam benteng kehidupannya untuk
selama-lamanya, atau seperti katak di bawah tempurung. Tinggal
mengurung diri di dalam rumah lalu beranggapan di luar rumah sama
sekali tidak ada kehidupan. Seseorang harus berani meninggalkan
rumah seperti burung yang berani meninggalkan sarangnya, tetapi
tentu saja ia tidak boleh lupa bahwa ia harus kembali lagi ke
sarangnya.


Kekristenan lahir di dalam rumah Yahudi. Kristen harus mengakui
sebuah kenyatan bahwa ia sangat berhutang kepada rumah atau
tradisi Yahudi. Di sana ia belajar tentang moral dan keagungan
Allah. Di sana ia belajar tentang Taurat dan kebenaran dan nilai-
nilai kehidupan lain yang sangat dalam, kaya, sarat, dan padat.
Tetapi ia harus berani meninggalkan tradisi Yahudi itu. Dampak
global kekristenan tidak bisa dibatasi dan dikurung dalam rumah
Yahudi. Upaya untuk menerobos tembok status quo itu harus
dilaksanakan.


Kristiani tidak ditentukan oleh makanan dan minuman yang halal atau
haram. Tetapi identitas Kristiani ditentukan oleh Yesus Kristus
Tuhan dan Juruslamat. Dengan perkataan lain, orang Kristen tidak
boleh terperangkap dalam formalisme atau legalisme agama. Tetapi
jiwa Kristiani ditemukan dalam diri Yesus Kristus di dalam
peristiwa inkarnasi. Tuhan meninggalkan kesetaraannya dengan
Allah dan menjadi manusia serta menyesuaikan diri dengan manusia,
bahkan sampai mati di kayu salib.


Renungkan:
Yesus adalah contoh yang jelas dalam menerobos tembok-tembok
status quo.

Scripture Union Indonesia © 2017.