Mukjizat.

Kisah 10:1-23
Minggu ke-4 sesudah Pentakosta

Banyak sekali mujizat yang terjadi dalam kehidupan jemaat
perdana. Dalam teks ini kita menjumpai peristiwa-peristiwa
mukjizat yang Petrus lakukan. [1]. Petrus menyembuhkan Eneas yang
sudah terbaring delapan tahun dalam kelumpuhan. [2]. Petrus
membangkitkan Dorkas atau Tabita yang sudah mati. Di zaman modern
ini, tidak sedikit orang yang meragukan cerita seperti itu,
bahkan menganggap bahwa itu hanya fiksi atau mungkin juga terlalu
dilebih-lebihkan. Namun, kita tidak perlu mempersoalkan keraguan
tersebut karena di balik peristiwa-peristiwa mukjizat ini ada
sebuah pesan yang sangat indah terkandung dalam cerita ini.


Di mana saja Kristus yang bangkit itu hadir pasti terjadi perubahan-
perubahan besar dalam kehidupan. Dan itulah yang dimaksudkan
dengan mukjizat. Akan ada satu kekuatan dahsyat yang mampu
memenangkan dan menyingkirkan hambatan-hambatan atau kendala-
kendala kehidupan, bagaimanapun besar dan beratnya kendala itu.
Mukjizat seperti itu sudah pernah terjadi, dan sekarang terjadi,
demikian juga ia akan terus-menerus terjadi di masa-masa yang
akan datang.


Sebuah persekutuan kristiani dimana tidak lagi terjadi mukjizat dalam
pengertian di atas adalah persekutuan yang kehilangan identitas,
dan yang barangkali telah kehilangan kehadiran Yesus. Sebuah
persekutuan dimana tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan, karena
dicengkeram oleh dahsyatnya kematian di segala bidang kehidupan.
Tugas orang Kristen ialah di mana saja berada seharusnya ia
membawa tanda-tanda kehadiran Kristus. Yang juga menarik di dalam
teks ini, bahwa semua perubahan itu tidak membuat orang-orang
mencari atau mengejar-ngejar Petrus. Tetapi, karena mukjizat itu
banyak orang percaya kepada Tuhan.


Renungkan:
Mukjizat untuk kemuliaan Tuhan dan pembuat mukjizat tidak boleh
merampok kemuliaan Tuhan bagi dirinya sendiri.

Scripture Union Indonesia © 2017.