Wahyu 10
Minggu Ke-24 sesudah Pentakosta


Kitab Terbuka Lagi, ....

Setelah enam malapetaka yang merupakan pembalasan sekaligus
peringatan terhadap umat manusia, tampillah malaikat dalam sosok
raksasa yang merepresentasikan pemberlakuan kekudusan, keadilan,
belas kasihan dan kesetiaan perjanjian serta pimpinan Allah atas
umat-Nya. Sifat dan sikap Allah tersebut berlaku universal dan
tersimpul dalam firman-Nya, yakni Injil (gulungan kitab yang
terbuka). Seruan pemberlakuan karakter Allah di seluruh muka
bumi itu dahsyat dan mengundang gema mengenai masa depan yang
akan dicapai melalui pemberlakuan karakter Allah secara
universal. Namun demikian, ketika Yohanes sang pelihat bermaksud
menuliskan hal tersebut, ia dilarang (ayat 4). Dengan demikian,
gambaran tentang masa depan belum saatnya dikemukakan.Meskipun
begitu, suatu kepastian dikemukakan bahwa masa toleransi Ilahi
atas respons umat manusia yang terus-menerus menolak Allah dan
Kristus-Nya serta memusuhi umat-Nya tidak akan berlaku
selamanya. Saat murka dan penghukuman terakhir akan tiba dan
tidak akan ditunda, meskipun untuk itu pemberontakan manusia
harus terlebih dulu mencapai puncaknya.


Menjelang kedatangan saat yang paling menentukan itu, si pelihat
menerima titah untuk menyampaikan Firman Allah kepada banyak
bangsa dan kaum dan bahasa. Perlambangannya adalah memakan
gulungan kitab tersebut, yang terasa manis di mulut namun pahit
di perut. Maksudnya, keindahan firman Allah, yakni Injil itu,
sebanding pula dengan konsekuensi yang dituntut bagi para
pemberita dan orang-orang yang setia padanya. Injil seperti kata
Paulus, "adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya" (Rom. 1:16), tetapi juga, karena kesaksiannya yang
tuntas tentang Kristus dan karya-Nya, menuntut kesetiaan yang
total yang tidak jarang harus dibayar dengan kepahitan
penderitaan.


Renungkan:

Di tengah dunia yang sarat dengan kebobrokan moral dan
perlawanan terhadap Kerajaan Allah, ternyata Allah terus
berkarya menyatakan karakter-Nya. Bersama dengan itu, tersedia
jugalah hukuman setimpal bagi keberdosaan umat manusia yang
enggan bertobat.

Scripture Union Indonesia © 2017.