Sambutan atas Yesus tidak saja datang dari orang Yahudi, tetapi

Yohanes 12:20-26
Minggu Sengsara 4

jugadari bangsa kafir.
Kerajaan Romawi yang luas memungkinkan bangsa-bangsa dalam
wilayah tersebut mengalami proses lintas budaya yang cukup pesat.
Cukup banyak orang asal kafir menjadi proselit, menerima
kepercayaan Yudaisme dan melaksanakannya dengan sungguh. Mereka
dikenal sebagai orang yang takut akan Allah, mengikuti perayaan
meski tidak diizinkan beribadah dalam bait Allah. Rupanya orang-
orang Yunani yang ingin mencari Yesus ini termasuk golongan
tersebut. Tidak jelas mengapa mereka menghubungi Filipus. Mungkin
karena namanya dalam bahasa Yunani, atau memang ada sesuatu dalam
diri Filipus yang membuat dia banyak berperan sebagai penghubung
(lihat 1:46). Filipus juga tampak rendah hati karena lebih dulu
mencari nasihat Andreas (ayat 22).


Kejadian ini adalah bagian dari rentetan kejadian yang menunjuk pada
diri dan karya Yesus yang menyatakan Allah dan menggenapi
rencana-Nya. Yesus menghubungkan peristiwa kedatangan orang
Yunani itu dengan penggenapan saat-Nya untuk dimuliakan (ayat
23). Tetapi, Yesus menegaskan bahwa di dalam kematian-Nyalah
kemuliaan Allah dalam diri-Nya akan dinyatakan. Suatu pernyataan
yang aneh, namun kini kita pahami bahwa kematian-Nya adalah cara
Yesus menyatakan kasih Allah dan mewujudkan keselamatan dari
Allah bagi umat-Nya. Pernyataan-Nya ini serasi dengan pernyataan
dan tindakan Yesus lainnya bahwa kuasa dan kemuliaan diwujudkan
di dalam diri-Nya melalui kelemahan dan perendahan diri. Hal ini
bukan saja menjadi prinsip Yesus, tetapi juga prinsip hidup semua
orang yang ingin mengikut-Nya. Hanya bila kita bersedia mati
terhadap diri dan keinginan hidup kita yang berdosa, kita dapat
memiliki hidup yang berhasil di pemandangan Allah (ayat 25-26).
Sebab hanya dengan mati terhadap diri sendirilah kita dapat
terbuka bagi hidup dari Allah.


Istilah-istilah yang Yesus pakai di sini menunjukkan bentuk
penyangkalan diri yang drastis dan radikal. Diperlukan sikap
pertobatan yang radikal terhadap hidup dosa tanpa Allah bila
orang ingin benar-benar mencicipi karunia hidup dari Yesus
Kristus.


Renungkan: Bila kemuliaan Yesus terjadi di dalam kematian-Nya, bagaimanakah
kita kini memuliakan Dia?

Scripture Union Indonesia © 2017.