Arti “bersukacita” yang sesungguhnya.

Yakobus 1:1-11
Minggu Paskah 7

Benarkah himbauan: “Tetaplah bersukacita ketika Anda
terpaksa kehilangan pekerjaan tetap akibat penolakan
Anda melakukan KKN dalam perusahaan”, merupakan
aplikasi yang tepat dari pernyataan Yakobus (2)? Tidak
sepenuhnya benar, bila hanya sebatas pengertian bahwa
Kristen harus meminimalkan dukacita yang dialaminya dan
bersikap seolah-olah tidak pernah merasakan sedih,
pedih, merintih, dan menangis. Benarkah bahwa Kristen
tidak boleh berdukacita akibat pencobaan yang
dialaminya? Apakah harus bersikap naif terhadap
dukacita yang dialaminya?


Tidak benar demikian! Dalam menghadapi pencobaan dan
pergumulan yang berat, Kristen harus hidup dalam dunia
realita. Namun tidak terhanyut dalam perasaan yang
menekan, gagal, dan suasana perkabungan. Mengapa
demikian? Karena ada satu keyakinan bahwa pencobaan
yang dialaminya diizinkan Tuhan untuk menguji imannya
dan mendewasakan kehidupan rohaninya (3-4). Kristen
mengalami proses pergumulan dari dukacita menjadi
sukacita yang bukan bergantung pada situasi yang telah
berubah menjadi menyenangkan, tetapi semata bergantung
kepada pengenalan akan Allah yang memiliki tujuan mulia
dan mampu memberi kekuatan untuk menghadapi segala
pencobaan. Itulah sebabnya kata ‘berbahagia’ yang
dipakai Yakobus bukan berdasarkan dukungan secara
material tetapi kekayaan rohani, sehingga mampu
menempatkan pencobaan sebagai batu uji iman (2-3).
Progresif pengenalan seseorang akan Allah menolong dia
menyikapi pencobaan dengan hikmat.


Bagaimana dengan seseorang yang tidak memiliki hikmat?
Yakobus pun membahas dalam suratnya (5-8). Orang yang
kekurangan hikmat hendaknya datang kepada sumber
hikmat, Allah sendiri, yang tidak pernah kekurangan
hikmat, atau terlalu pelit memberikannya kepada yang
memintanya dengan iman.


Pencobaan tidak kenal status sosial, baik orang kaya
ataupun orang miskin. Penggambaran status yang sama
rendah dan fana seperti bunga rumput yang segera layu
(9-11)


Renungkan:
Pencobaan dan pergumulan apakah yang sedang Anda alami
saat ini? Bagaimana Anda memandang dan menyikapinya,
sangat bergantung pada persepsi Anda tentang pencobaan
tersebut. Renungkan kata-kata Yakobus dalam suratnya
ini!

Scripture Union Indonesia © 2017.