Tidak taat hukum, doanya terhalang?

Amsal 28:1-15
Minggu ke-20 sesudah Pentakosta

Apakah benar bahwa melakukan hukum dan didengarnya doa berkaitan
erat? Benar, bila pengertian hukum adalah hukum keadilan yang
seiring dengan keadilan Tuhan, bukan hukum buatan manusia yang
sewaktu-waktu dapat berubah. Hukum ini berlaku bagi siapa pun,
tidak pandang bulu, tidak pandang status sosial, ekonomi, dan
pendidikan. Namun tidak berarti sebaliknya bila seorang telah
menaati hukum maka doanya pasti dikabulkan. Ini tidak dapat
dibenarkan.


Pada umumnya kita mengetahui bagaimana menjadi pelaku hukum, namun
ternyata masih banyak ditemui: penguasa yang tidak menegakkan
hukum (2), penindasan terhadap orang lemah (3, 15), orang yang
mengabaikan hukum (4, 7, 9), orang jahat yang tidak mau mengerti
hukum (5), orang yang memperbanyak hartanya dengan makan riba
orang lain (8), orang yang menyesatkan orang jujur ke jalan yang
jahat (10), dan orang yang menyembunyikan pelanggarannya (13).
Apakah hal-hal ini juga ditemui di kalangan Kristen? Tanpa kita
sadari, banyak Kristen berdoa bagi sesama namun tidak menaati
hukum keadilan. Marilah kita merenungkan beberapa peristiwa yang
sering terjadi di sekitar kita. Ketika seorang warga jemaat dalam
keadaan kritis, tidak mampu dan membutuhkan bantuan pengobatan,
namun ia terpaksa harus menunggu keputusan rapat majelis yang
bertele-tele. Koster gereja mengeluh karena perlakuan para
aktivis gereja berlawanan dengan slogan kekristenan yakni
"kasih". Tetangga sekitar rumah mulai membicarakan Kristen yang
pura-pura lupa mengembalikan barang yang dipinjamnya. Rekan satu
perusahaan terpaksa mengadukan Kristen yang seringkali merugikan
perusahaan karena memanipulasi waktu dan uang demi keperluan
pribadi. Rekan satu perguruan tinggi merasa dirugikan karena
Kristen telah mencuri topik skripsinya dengan pendekatan `khusus'
kepada dosen pembimbingnya. Orang tua yang menyuap kepala sekolah
agar anaknya naik kelas. Dan masih banyak lagi lainnya.


Renungkan:
Berdoa bukan sekadar rangkaian kata-kata, tetapi ungkapan iman yang
terwujud nyata dalam tindakan sehari-hari bagi sesama. Mungkinkah
kita tetap berseru bagi terciptanya keadilan dan kebenaran,
sementara kita sendiri termasuk pelaku ketidakbenaran dan
ketidakadilan?

Scripture Union Indonesia © 2017.