Bukan simbol tapi kekudusan.

Yeremia 7:1-15
Minggu ke-12 sesudah Pentakosta

Allah memerintahkan Yeremia untuk berkhotbah di pintu gerbang
rumah Tuhan kepada bangsa Yehuda yang datang ke rumah itu untuk
beribadah kepada-Nya. Mereka harus bertobat dari pola kehidupan
yang kacau dan amburadul. Hidup mereka mempunyai 2 sisi yang tak
terpisahkan. Sisi pertama adalah hidup beribadah kepada Allah
dengan datang ke bait-Nya. Sisi kedua adalah hidup melakukan
ketidakadilan, penindasan, penyalahgunaan kekuasaan, perzinahan,
dan penyembahan berhala (3, 5-10). Pola hidup demikian didasarkan
pada keyakinan bahwa bait Allah adalah lambang kehadiran Allah,
dan datang ke bait-Nya memberikan jaminan bahwa Allah tetap
bersama dan memelihara mereka, tidak peduli apa pun dosa-dosa yang
telah mereka lakukan (10). Bangsa Yehuda bukan lagi beriman kepada
Allah yang berpribadi ketika mereka menjalankan ibadahnya, namun
mereka beriman kepada sistem, simbol-simbol, tradisi, maupun tata
cara ibadah mereka sendiri (8-10). Bagi kelangsungan hidupnya
mereka mengandalkan dan bergantung kepada sistem dan tata cara
ibadah yang dibuat oleh manusia. Relasi telah diganti dengan
sistem dan seremoni manusia.


Allah menentang itu semua.
Bukankah Silo dimana Tabut Perjanjian Allah ditempatkan juga sudah
dihancurkan dan Tabut Perjanjian Allah dirampas oleh orang
Filistin? Karena bangsa Israel mengira bahwa dengan adanya Tabut
Perjanjian maka hidup mereka akan tetap penuh damai sejahtera,
walaupun hidup mereka telah menyimpang dari firman-Nya.


Apa arti khotbah Yeremia bagi misi dan peran Kristen di Indonesia?
Hanya menjadikan bangsa Indonesia beragama Kristen saja tidak
cukup. Allah menuntut kekudusan hidup bukan sekadar hidup
beragama. Kekristenan tanpa kekudusan adalah sia-sia. Kekristenan
yang demikian hanya akan mendatangkan penghukuman Allah. Namun
kesalahan ini sering terjadi di dalam gereja Tuhan. Aktivis gereja
menyangka bahwa dengan ber-PI secara gencar untuk Tuhan akan
membebaskannya dari tanggung jawab moral.


Renungkan:
Kristen harus memaparkan kebenaran. Namun pemaparan kebenaran
tanpa kekudusan adalah penghujatan dan pelecehan kepada Allah yang
Maha Kudus

Scripture Union Indonesia © 2017.