Ingin batu atau roti?

Amsal 18
Minggu ke-8 sesudah Pentakosta

Permasalahan tentang kata-kata kembali diperhadapkan kepada kita
oleh Amsal, walau kali ini penulis Amsal tidak menyebutkan secara
langsung tapi lebih banyak menyebut bibir dan mulut sebagai organ
manusia yang dipakai untuk berkata-kata.


Bila dalam bagian yang lalu, perkataan dihubungkan dengan dampaknya
terhadap orang lain, kini perkataan lebih banyak dihubungkan
dengan orang yang mengeluarkan perkataan tersebut. Penulis
berusaha menyadarkan dan meyakinkan pembacanya bahwa mereka tidak
bisa sembarangan berkata-kata. Sebab dalam kegagalan atau
kesuksesan, kemalangan atau keuntungan, bahkan kehidupan atau
kematian, perkataan seseorang mempunyai andil. Dengan kata lain
berhati-hatilah, pertimbangkan masak-masak, pahami permasalahan
dengan benar dan teliti sebelum berkata-kata (13). Ingatlah bahwa
salah berkata-kata dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan
antar manusia atau gejolak sosial dalam masyarakat (6). Dan bagi
orang yang salah berkata-kata, risiko yang harus ia tanggung
sangat berat yaitu nyawanya sendiri. (7). Namun kenyataannya,
banyak orang yang tidak memahami pengajaran tentang berbahayanya
lidah. Sehingga mereka senang berbicara berdasarkan perasaannya
saja dan tidak berdasarkan pengertian. Ia tidak peduli apakah
yang dikatakan itu ada maknanya atau tidak bagi orang lain (2).
Dengan kata lain ia hanya senang mendengar perkataannya sendiri.


Pelajaran apa yang kita dapatkan dari uraian di atas? Seorang yang
berkata-kata adalah seperti seseorang yang melemparkan sebuah
benda yang diikat dengan karet panjang dan ujung karet itu
diikatkan pada lehernya. Ketika benda itu dilempar, karet akan
teregang hingga maksimal, setelah itu karena kelenturannya, karet
itu akan menarik kembali benda itu dan pasti benda itu akan
mengenai orang itu sendiri. Jika orang itu berhikmat, maka benda
yang dilempar itu bukanlah batu ataupun potongan besi, melainkan
roti, buah, atau hal-hal yang lain yang tidak akan menyakitinya
namun memberikan kesenangan dan kenikmatan. Dengan kata lain,
perkataan seseorang bersifat mengikat orang itu (7), ia tidak
akan dapat melepaskan diri dari apa yang pernah ia ucapkan, entah
itu perkataan baik atau buruk.


Renungkan:
Apakah Anda akan terhantam oleh batu atau roti yang berbalik?
Anda yang tahu!

Scripture Union Indonesia © 2017.