Kesalahan yang berakibat kehancuran total.

2Raja-raja 17:1-6
Minggu ke-3 sesudah Pentakosta

Siapakah manusia yang mau hidup dalam penderitaan karena tekanan
berat dari kekuatan dan kuasa yang menindihnya? Sebab itu Hosea
bin Ela, yang telah ditaklukkan oleh Tiglat-Pileser III dari
Asyur, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman raja Asyur. Ia
tidak mau lagi membayar upeti sebab ini adalah sistem yang
mengeksploitasi bangsa Israel kepada kemiskinan. Karena itu ia
menggalang aliansi dengan raja So dari Mesir.


Bila dievaluasi dari situasi politik internasional saat itu,
pemberontakan Hosea bukannya tanpa pertimbangan. Ia sudah
membuat perhitungan yang baik, telah menimbang-nimbang kekuatan
yang ada padanya, dan perkiraan bantuan yang dapat diandalkan
dari raja Mesir. Sebab saat itu negara Asyur sedang berkabung
dengan meninggalnya raja Tiglat-Pileser III pada tahun 727 sM.
Kematian seorang penguasa dapat disamakan sebagai sebuah
kesempatan bagi negara-negara taklukan untuk memberontak. Namun
ternyata perhitungan Hosea meleset dan ia sendiri ditangkap dan
dibelenggu dalam penjara. Kini ia `tidak perlu' membayar upeti
kepada Asyur. Sebab raja Salmaneser dari Asyur telah mengepung
Samaria selama 3 tahun yang mengakibatkan sistem perekonomian
kota itu hancur dan menjadi miskin. Ia menaklukkan seluruh
Israel dan mengangkut rakyatnya sebagai `upeti' ke Asyur dan
ditempatkan di Halah dan di kota-kota orang Madai. Bangsa Israel
hancur total. Tidak saja rajanya ditawan dan tanah Israel
diambil alih oleh Asyur, namun Israel sebagai sebuah bangsa
sudah berakhir (Lo-ammi) dan tidak mengalami kasih sayang Allah
(Lo-ruhamah).


Kesalahan utama Hosea adalah tidak menempatkan permasalahan yang
dihadapinya dalam perspektif Allah dan konteks perjalanan
sejarah kehidupan rohani dan moralitas bangsa Israel, yaitu
bahwa penindasan yang dialaminya adalah hukuman Allah agar
mereka bertobat dan dosa Israel telah mencapai titik kesabaran
Allah. Karena itu memberontak dan membangun aliansi dengan Mesir
adalah sama dengan menarik sebuah picu senapan yang meletus
dengan pernyataan melupakan Allah secara total. Maka mereka
layak menerima hukuman.


Renungkan:
Kristen harus selalu menempatkan setiap masalah dalam perspektif
Allah dan konteks perjalanan sejarah gereja di Indonesia.
Jangan sampai Kristen mengalami Lo-ammi dan Lo-ruhamah.

Scripture Union Indonesia © 2017.